test

Sabtu, 07 Juli 2007

Lebih baik?

Tanggapan saya terhadap sebuh posting di milis Dosen UGM

Ada kalimat menarik di akhir tulisan Bapak yang ingin saya turuti yaitu "...bersikap jujur". Jujur saja, setiap kali membaca posting berbau agama di milis ini, ada perasaan tidak enak pada diri saya. Entah mengapa, saya selalu merasa topiknya sensitif. Pastilah ini respon subyektif saya.

Namum begitu, menyetujui argumen Pak Gaffar, agama juga termasuk (dalam beberapa hal) di dalam bingkai ilmiah. Seringkali saya juga menjumpai pencerahan setelah membaca berbagai tulisan tersebut, apapun agama yang dibicarakan dan agama penulisnya.

Saya kutipkan kembali tulisan Bapak:

Islam bukan sekedar agama tapi sudah menjadi way of life (cara hidup) yang komplit dan mengurusi seluruh aspek kehidupan strategis. Ini secara de facto dan de yure berbeda dengan agama lain, seperti Kristen, Budha, Hindu ataupun Yahudi.[ii] Islam satu-satunya keyakinan yang mampu memberikan kaca mata secara jernih kepada pemeluknya sehingga mampu menyikapi berbagai persoalan kehidupan secara tepat, baik menyangkut ekonomi, politik, pemerintahan, budaya, hukum dsb.

Saya teringat ketika berada di Sydney Tower 2 tahun lalu, terutama ketika meneropong gedung Fox Studio. Dengan bergurau si 'perjaga tower' berkata, "Semua orang akan bilang bahwa Fox Studio di negaranya yang paling besar, mereka semua BOHONG. Fox Studio di Australia-lah yang paling besar". Tentu saja gurauan ini disambut riuh tawa pengunjung yang datang dari berbagai penjuru dunia.

Membaca kutipan di atas, saya spontan tersenyum sendiri seperti ketika di Sydney Tower 2 tahun lalu (lagi-lagi, saya jujur nih) . Akan tetapi, saya juga sadar, ini tentunya bukan guyon sesederhana 'Fox Studio joke' melihat tulisan Bapak lebih dari 2700 kata. Ini sedikit saja di bawah tugas kuliah "Law of the Sea" saya ketika itu yang mengandung sedikitnya 3000 kata :) Jadinya senyum saya tahan, cukup di dalam hati saja seraya membiarkan pikiran dan hati saya terbuka untuk memahami lebih jauh tulisan Bapak. Meskipun masih tersenyum, setidaknya bagi saya apa yang Bapak klaim tentang Islam merupakan pengetahuan baru yang memperkaya. Setidaknya untuk memperkaya pemahaman saya akan pandangan orang-orang di sekitar saya tentang agama.

Saya orang Hindu yang belum banyak belajar agama. Selama ini saya beragama lebih banyak dengan common sense. Menurut tetua saya, ini cara yang tidak tepat karena tidak berpijak pada sesuatu yang kuat. Dalam hal ini, seperti juga Bapak sampaikan, saya menyetujuinya. Akan tetapi, kelemahan diri inilah yang membuat saya belum tergerak untuk belajar sloka, dalil, dan ayat kitab suci secara intensif. Saya sedang mencobanya.

Sejak kuliah, saya memiliki banyak kawan Islam, Katolik, Kristen, Budha dan juga atheis :). Kami sering berdiskusi dan beberapa kali tidak menemukan titik sekutu, diskusinya tidak berakhir tuntas. Akan tetapi pertemanan kami tidak pupus. Kami "bertemu" di titik lain yang bernama "KALKULUS". Apapun agamanya, PR kalkulusnya sama dan kami garap bareng :)). Kami juga "bertemu" dan bersepakat dengan satu bahasa lain yang ketika itu "universal" yaitu "bahasa pemrograman komputer". Meskipun kami memiliki perbedaan pandangan dalam hal agama, ada tugas 'least square' yang harus diselesaikan dengan QBASIC. Dengan bahasa itu kami tersenyum bersama karena kebetulan yang satu jago QBASIC dan yang satu lagi harus minta bantuan :). Di titik ini, saya dan kawan saya bahkan mungkin lupa (setidaknya sejenak) agama siapa yang lebih bagus.

Anyway, kembali ke topik semula.. terima kasih Pak atas sharing pengetahuannya. Saya belajar dari siapa saja, tentang agama apa saja yang membuat hidup [semoga] lebih baik.

Oh ya, tadinya saya ingin menandingi Bapak untuk menulis agak panjang biar merasa 'selevel', ternyata gak ketemu lagi kata-kata untuk dituliskan :D. Mungkin karena saya seorang surveyor yang masih harus belajar banyak, terutama tentang agama. Sekali lagi terima kasih.

Salam hormat,
Made Andi

Tidak ada komentar: