test

Minggu, 15 Mei 2005

Hindu, Tuhan dan Cloning

Tanggapan saya dalam sebuah diskusi di milis KMHD UGM....

Dalam Hindu, tersedia tempat yang seluas-luasnya untuk orang biasa seperti saya, seorang yang dengan kepasrahan hati berserah kepada Tuhan, seorang yang tidak peduli, seorang yang percaya, seorang yang tidak percaya bahkan bagi seorang Atheis sekalipun (disarikan secara bebas dari "Am I a Hindu?" by Visvanathan)

"Kebebasan" inilah yang kira-kira membuat ty nyaman menjadi seorang hindu. Tentang Tuhan dan Manusia, ty menganggapnya 'sederhana' saja. Tuhan dengan atau tanpa dipercaya oleh siapapun, tetap demikian adanya. Ty meyakini ada hukum maha sempurna yang telah diciptakanNya dan sekarang hukum itulah yang bekerja tanpa pengecualian. Tidak ada yang lepas dari situ, termasuk Tuhan sendiri pun, sekali lagi menurut ty, tidak akan melanggar hukum itu.

Cloning, dalam pendapat ty yang sederhana, adalah dalam kuasa Tuhan itu sendiri melalui tangan-tangan kecil manusia. Seperti seorang religius yang hampir tenggelam dan menolak pertolongan TIM SAR karena yakin Tuhan akan menolongnya. Namun Tuhan "tidak datang" padanya hingga dia mati tenggelam.

Dalam sebuah pengadilan Tuhan, dia protes mengapa Tuhan tidak datang padahal dia orang yang religius. Tuhan dengan bahasa gaul menjawab "Ah Lu sih, gua kan sudah kirimin TIM SAR tadi buat nolongin. Lu-nya aja yang gak mau!"

Tuhan, dengan hukumnya yang maha sempurna, tidak datang dengan wujud fisik (apalagi untuk saya yang masih penuh debu dan nista) untuk menunjukkan keberadaanNya. Seperti halnya dalam tempayan berair jernih, di situlah bayangan bulan tampak sempurna. (diadaptasi dari
Wayang Cenk Blonk, "Katundung Ngada")

Tanpa, menjadi seorang yang mudah menyerah pada keadaan, saya menempatkan Tuhan dalam setiap proses kecil yang tampak maupun tidak tampak.

Jabat erat
Andi